Thursday, March 11, 2010

proletar di sarang kapitalis

sebuah percakapan ngalor ngidul tentang buruh mengingatkan interview pertama saya, di sebuah perusahaan franchise kapitalis yang maha megah. selama ini saya selalu asik membicarakan kapitalisme, marxisme, sosialisme, komunisme, fasisme, dan berbagai hal berbau me, dengan beberapa teman saya. saya melamar pekerjaan ini karena saya tertarik untuk bisa membuat kopi. selama interview saya dibiarkan mengoceh sendiri, saya mengoceh tentang kecintaan saya terhadap kopi, sampai orang yang menginterview saya bertanya "apa itu proletar" lalu saya mengoceh tentang keadaan sosial, status sosial, lalu dia bertanya "kamu tidak mau mapan?" saya terhenyak, mencoba mengelak, pertanyaan lembut yang membentak, amat telak. Saya gamang, menerawang, lalu tertunduk kikuk. saya tersadar baru saja menjual diri saya kepada juragan kapitalis, aduh saya malu.
teman saya bertanya bagaimana pekerjaan disana, seperti buruh kapitalis umumnya saya jawab, dia terbahak sementara saya tersedak. mungkin sebaiknya mulai sekarang saya tutup mulut saja, jika tidak ingin dilempari tai kebo, kalau-kalau ditanya dimana saya bekerja. ya seperti menajiskan kapitalis seraya meneguk coca cola dan berkata, inilah minuman kegemaran saya. ah, sudahlah.

No comments:

Post a Comment