Wednesday, February 9, 2011

honey bee

honey bee,
berkenalan saat saya sedang melayang
seketika merasa, nyaman, aman, tenang, damai. indah.
setiap hari, selalu mendengarkan honey bee

mungkin untuk kalian lagu ini biasa saja,
tapi untuk saya,
entahlah, lagu ini membuat saya merasa damai
dan saya kecanduan.
tidak bisa berhenti mendengarkan.

I am a honey bee
Shunned off from the colony
And they won’t let me in
So I left the hive
They took away all my stripes
And broke off both my wings
So I’ll find another tree
And make the wind my friend
I’ll just sing with the birds
They’ll tell me secrets off the world

Tuesday, February 8, 2011

kenapa?

pelabelan
melabelkan
dilabelkan

pengkotakan
mengkotakan
dikotakan

pemarjinalan
memarjinalkan
dimarjinalkan

termarjinalkan

saya tidak mengerti.

kita

tuhan,
saya tidak menyembahmu
saya mencintaimu
hanya saya dan kamu.

Thursday, February 3, 2011

iya, ini masalahnya.

karena bosan dengan berbagai pertanyaan tentangmu, dan bosan dengan pertanyaan kenapa, karena sudah basi dan bosan mengulang-ulang cerita. maka saya posting juga disini, tetapi maaf ini memang subjektif.


selamat petang,

sahabat

beberapa hari lalu saya menemukan hal yang membuat saya emosi, ya akhirnya saya tahu alasan kamu meremove dan memblock saya. awalnya saya pikir kamu menonaktifkan FBmu. lalu kemarin saya lihat oh ternyata FBmu masih ada. oke saya memang diblock. saya tidak begitu peduli sampai akhirnya saya lihat profilemu, dan wow sepertinya saya mengenali gambar di foto profilemu, ya, gambar itu, kamu dan dia. saya sempat bengong, lalu marah, lalu sakit hati, lalu sedih, lalu saya menangis. “anjing, gue lo singkirin!” ya, itu yang langsung terlintas di pikiran saya. kenapa kamu sampai meremove dan memblock saya karena kamu kembali padanya? karena kamu malu? atau karena kamu takut?

anjing keparat, kamu memanggilnya itu, kamu bilang kamu tidak bisa memanggil saya seperti itu. kamu bilang dia anjing, sms-sms pembukaan pemutusan hubunganmu penuh dengan caci maki untuknya, sampai akhirnya kamu bilang mungkin kamu bisa memaafkan saya tapi kita tidak perlu berhubungan lagi, tidak perlu bersahabat lagi. kamu bilang gara-gara saya kamu trauma untuk bersahabat lagi dengan siapapun, oke, saya terima, saya salah, semua omongan kamu saya terima. hanya satu hal yang sampai sekarang dan kapanpun tidak akan bisa saya terima, bahwa kamu berpikir saya menyukainya, aduh teman dia bukan tipe saya, sedikitpun tidak mendekati. kamu berpikir bahwa saya adalah si sahabat jalang yang berusaha merebut lelakimu. demi tuhan terlintaspun tidak.

saya masih tidak mengerti, apa yang membuatmu berpikir seperti itu. semua kelakuan saya? kamu tahu saya seperti apa, kamu selalu berkata “gue lebih tau lo daripada emak lo, gue tau lo luar dalam”

ini saya lho, yang akan selalu ada buat kamu kapanpun kamu butuh. ini saya lho yang dari awal selalu mendukung apapun yang bikin kamu bahagia. ini saya lho, yang dari awal ospek selalu sama kamu. ini saya lho, yang tidak pernah punya niat buat menyakiti kamu. ini saya lho, yang tau kamu luar dalam, dan sebaliknya. ini saya lho, temen kamu bolos. ini saya lho, yang mau mendengarkan semua keluh kesahmu. ini saya lho, yang menangis seperti anak kecil saat kamu marah. ini saya lho, yang selalu ada di samping kamu. ini saya lho, yang selalu diidentikan dimana ada kamu disitu ada saya. ini saya lho, ini saya, sahabat kamu.

apa yang membuatmu berpikir saya ingin merebut apa yang kamu punya, menghancurkan apa yang kamu bangun. apa?

saya tidak pernah selesai membaca emailmu. isinya terlalu menyakitkan, sampai sekarangpun masih terngiang kata-kata pilihanmu. parasit. kamu bilang saya pintar memanfaatkan orang, kamu bilang saya parasit. kamu menyebut lelaki-lelaki yang saya manfaatkan, kamu bilang saya perempuan macam apa berkelakuan seperti itu. ya tuhan kamupun bahkan pernah menyuruh saya untuk memanfaatkan seorang lelaki, ingat? saya benci email kamu, bukan karena isinya penuh caci maki, tuduhan, penghakiman, dan sangat menyudutkan, tetapi karena saya melihat kamu sebagai orang lain, perempuan picik munafik yang penuh kecemburuan. ya, kamu bilang kamu cemburu sama saya bukan? memang terbaca dari kata-katamu.

setiap saya ke kampus, orang-orang selalu bertanya, kamu di mana, kenapa saya sendiri, setiap ada acara mereka selalu bertanya, kamu ikut atau tidak. mereka selalu bertanya kamu sibuk apa, kamu kerja di mana, skripsi kamu bagaimana. saya selalu bersikap seakan semuanya baik-baik saja, saya menjawab seakan saya tahu semuanya. mereka tidak tahu kalau saya tidak tahu apa-apa. saya tidak tahu apapun tentang kamu sekarang.

dan dulu pesan terakhir kamu adalah supaya saya tidak terus-terusan bolos kuliah karena kamu merasa cape terus-terusan mengisi absen saya, merasa cape selalu ditanya saya kemana, kenapa tidak masuk, saya dimana. kamu bilang kamu cape dengan semua itu.

kamu tahu saat mereka berkata bahwa sudah beberapa hari matamu bengkak, dan kamu bilang kamu tidak makan apapun, kamu tidak keluar kamar, saya sangat merasa bersalah. ingin sekali saya pergi ke sana, meminta maaf, bersujud kalau perlu, apapun, supaya kamu memaafkan saya, tapi teman kita bilang itu bukan ide yang baik, saya hanya akan mendapat penolakan dan mungkin caci maki tambahan. saya mengurungkan niat saya.

semuanya tidak pernah lagi mengusik saya sampai saat kemarin. saat saya tahu kamu kembali padanya. oh, tolong jangan pernah berpikir saya cemburu. saya hanya tidak habis pikir, apa sih yang ada di otakmu? masih belum tahukah kamu dia lelaki seperti apa?

kamu bilang dia lebih semangat membalas sms saya dibanding sms kamu, kamu bilang dia sangat cepat membalas sms kalau isinya tentang saya. kamu bilang dia berbohong padamu. kamu bilang dia selalu semangat saat bercerita tentang saya, kamu bilang bahkan didepanmu dia berani mencubit lengan saya, mengelus rambut saya. kamu bilang dia anjing keparat.

lalu kenapa kamu kembali padanya? padahal kamu tau dia seperti apa. apa perlu saya ingatkan kembali? dia berusaha memegang tangan saya saat kami menuju kosanmu padahal jelas-jelas saya tidak butuh pegangan. dia berusaha memegang tangan saya saat kami menyebrang, dia mengelus punggung saya saat saya bermain dengan komputer saya. kamu pikir saya membiarkannya? tidak.

lalu pembelaanya adalah, saya yang menyukainya. saya? demi tuhan, seganteng apa sih dia? sepintar apa sih dia? sampai saya menginginkannya dan berusaha merebutnya dari sahabat saya sendiri? saya tidak menginginkannya, terimakasih.

oh apa kamu tahu dia mengirimi saya pesan saat dia tahu saya meremovenya? oh apa kamu tahu dia datang ke sini dan saya mengusirnya? kamu tidak tahu.

saya masih tidak mengerti kenapa kamu kembali kepadanya dan benar-benar menyingkirkan saya. apa kamu tahu teman-teman kita berpikir bahwa kamu bodoh? saya rasa kamu tidak tahu. saya bilang saya tidak terima disingkirkan seperti ini, meskipun saya tahu toh saya tidak bisa apa-apa juga. kenapa sekarang kamu remove dan block saya, kenapa bukan dari dulu. teman kita bilang pada saya “yasudah sabar saja, mau gimana lagi, pengorbanan, berkorban demi teman” saya rela berkorban apapun buat kamu, tapi tidak hal seperti ini. saya tahu saya tidak bisa berbuat apa-apa, ini keputusanmu, ini hidupmu. tapi asal kamu tahu sampai saat inipun saya selalu sayang sama kamu, tidak pernah saya membencimu seperti kamu membenci saya. semoga kamu berbahagia.

selamat malam,

mantan sahabat.

Tuesday, February 1, 2011

sundal

euphoria empat malam berakhir dengan baal yang banal.
ah mati rasa yang ku kenal,
kembali terasa kental =]