Tuesday, March 30, 2010

selasa 11.15

dia melontarkan sebuah lelucon yang disambut tawa semua orang, kecuali saya
saya melontarkan sebuah lelucon yang disambut tawa semua orang, kecuali dia
leluconnya tak lagi lucu buat saya
lelucon sayapun tak lagi lucu untuknya

mata kami tak pernah lagi beradu, seakan hal itu tabu
tawa kami tak pernah lagi senada, seakan hal itu noda

ya, dunia kami tak lagi sama

Sunday, March 14, 2010

bahan dasarnya adalah, luka.

cukup satu kata untuk memperdalam sebuah luka, dan kalimat-kalimat berikutnya seperti garam dan cuka yang siap mengisi bolong luka segar yang menganga dahaga. siram luka dengan cuka, sampai cuka mengisi luka yang dahaga, lalu, masukan garam untuk menutupi bolong yang menganga, lalu, tutup luka dengan kain bersih agar terlihat rapih, lalu, ikat dengan kuat. sempurna.

Saturday, March 13, 2010

tetap saja pahit

saya tidak suka espresso,
terlalu pekat, pahit.
saya lebih suka cappuccino,
sudah manis, cantik lagi.
tapi ternyata,
bahan dasar cappuccino yang manis dan cantik itu adalah
espresso yang pekat dan pahit
ah, saya tertipu.

Thursday, March 11, 2010

proletar di sarang kapitalis

sebuah percakapan ngalor ngidul tentang buruh mengingatkan interview pertama saya, di sebuah perusahaan franchise kapitalis yang maha megah. selama ini saya selalu asik membicarakan kapitalisme, marxisme, sosialisme, komunisme, fasisme, dan berbagai hal berbau me, dengan beberapa teman saya. saya melamar pekerjaan ini karena saya tertarik untuk bisa membuat kopi. selama interview saya dibiarkan mengoceh sendiri, saya mengoceh tentang kecintaan saya terhadap kopi, sampai orang yang menginterview saya bertanya "apa itu proletar" lalu saya mengoceh tentang keadaan sosial, status sosial, lalu dia bertanya "kamu tidak mau mapan?" saya terhenyak, mencoba mengelak, pertanyaan lembut yang membentak, amat telak. Saya gamang, menerawang, lalu tertunduk kikuk. saya tersadar baru saja menjual diri saya kepada juragan kapitalis, aduh saya malu.
teman saya bertanya bagaimana pekerjaan disana, seperti buruh kapitalis umumnya saya jawab, dia terbahak sementara saya tersedak. mungkin sebaiknya mulai sekarang saya tutup mulut saja, jika tidak ingin dilempari tai kebo, kalau-kalau ditanya dimana saya bekerja. ya seperti menajiskan kapitalis seraya meneguk coca cola dan berkata, inilah minuman kegemaran saya. ah, sudahlah.

Wednesday, March 10, 2010

repetisi memori

entah kenapa belakangan ini pikiran saya tidak mau tinggal bersama saya, selalu mencari kemana kamu bersembunyi, di sudut-sudut hari kemarin, kadang tak mau kembali, kadang ingin ikut bersembunyi, di sudut-sudut hari kemarin, saat keringat seperti terikat, saat waktu melaju lalu. ah, bokep!

parodi dua hati

dia menangis, ditemani gerimis
dia membenci, di sebuah warung kopi
saling hujat, melempar kata jahat
saling benci, melempar caci maki
lucu, saling membela diri, sama-sama tak tahu diri
lucu, saling menunjuk salah, sama-sama tak mau kalah
lucu, saling mengelak, membuat saya terbahak-bahak
lucu, kalian memang lucu.